Review

Detroit: Become Human

Halaman 1

Sejak memulai debutnya di tahun 1997 lalu, Quantic Dream sudah banyak dikenal sebagai developer yang mengembangkan beberapa seri game dengan kekuatan jalan cerita dan imbas konsekuensi terkuat. Heavy Rain dan Beyond Two Souls adalah dua seri game andalan mereka yang berhasil membawa kesuksesan terbesar sejauh ini. Selain mengerjakan proyek game, Quantic Dream sempat merilis tech demo bernama Kara yang memperlihatkan sosok android wanita dengan latar belakang penuh makna. Walaupun singkat, banyak fans ingin melihat bagaimana konsep ini dapat berkembang menjadi sebuah kisah baru.

Demi mewujudkan keinginan tersebut, David Cage dan tim developer memutuskan untuk mengembangkan game terbaru mereka yang berjudul Detroit: Become Human. Seperti yang bisa ditebak, game ini masih berfokus pada penyampaian jalan cerita dan mekanisme gameplay dimana kamu dihadapkan pada segudang keputusan yang dapat mengubah aliran jalan cerita, bahkan sejak awal permainan sekalipun.

Baca ini juga :

» Rise of the Ronin - Review
» The Last of Us Part II Remastered
» PlayStation VR2
» Review Jade Dynasty: New Fantasy
» Review Elden Ring

Setelah mendapatkan kesempatan untuk memainkan gamenya terlebih dahulu, Kru KotGa sudah merasakan sebuah pengalaman yang terasa nostalgic dan berbeda di saat bersamaan. Apakah Detroit: Become Human sukses memenuhi ekspektasi yang diharapkan fans selama lebih dari 6 tahun lamanya? Daripada penasaran, yuk! simak review lengkapnya dibawah ini.


Detroit, kota yang dipenuhi konflik dan diskriminasi terhadap Android

Jalan cerita dalam game ini mengambil latar kota futuristik Detroit pada tahun 2039. Pada masa ini, manusia telah berhasil membuat sebuah robot humanoid bernama Android. Selain memiliki penampilan dan susunan organ yang mirip dengan manusia, Android memiliki tingkat kecerdasan dan terbukti dapat melakukan segala macam pekerjaan dengan efektif. Berawal sebagai robot yang membantu manusia, banyak perusahaan mulai memecat tenaga kerja mereka untuk menggantikannya dengan Android yang dinilai lebih superior.

Inilah saat dimana perkembangan teknologi mulai menjadi mimpi buruk bagi manusia yang hidup dalam kota ini. Banyak orang melakukan aksi demo di jalanan hingga melakukan tindakan diskriminatif terhadap android. Skenario seperti ini memang sangat bisa dipahami, tapi apakah para android benar-benar patut untuk disalahkan? Apakah mereka berhak untuk hidup berdampingan dengan manusia? Pertanyaan-pertanyaan seperti ini akan mulai muncul dalam pikiranmu setelah memainkan gamenya secara langsung.

Untuk mempresentasikan potret kehidupan yang sesungguhnya dalam game ini, jalan ceritanya dibagi dalam tiga jalur dengan karakter utama berbeda. Pertama, kamu akan berperan sebagai android bernama Connor. Dia adalah detektif yang diutus oleh Cyberlife untuk menangani beberapa kasus dari aksi pemberontakan android yang terlihat mulai memiliki sisi kemanusiaan. Karakter selanjutnya adalah Kara, dia berperan sebagai pembantu rumah tangga yang pada suatu hari harus membawa kabur putri majikannya dari sang ayah psikopat. Sementara karater terakhir adalah Marcus, dia berperan sebagai pengasuh seniman tua yang sudah dianggapnya sebagai ayah sendiri.

Kamu mungkin akan terkejut, karena deskripsi peran tiap karakter yang Kru KotGa tuliskan ini akan memiliki skenario berbeda tergantung dari keputusan masing-masing. Contohnya seperti Kara, dia bisa saja tidak harus membunuh majikannya yang psikopat dan membiarkan opsi jalan cerita lain mengalir begitu saja.

TAGS

Jika ingin mengirim artikel, kerjasama event dan memasang Iklan (adverstisement) bisa melalui email redaksi[at]kotakgame.com atau Hotline (021) 93027183
rekomendasi terbaru



Most Popular Previews
Belum ada Preview