NEWS

[Kisah Vainglory] Kestrel dan Catherine: Panah dan Perisai

ClockWorange   |   Jumat, 23 Mar 2018


Makin update dengan berita game dan esports! Yuk subscribe ke channel YouTube KotakGame DI SINI dan Instagram KotakGame DI SINI! Bakal ada banyak FREE GIVEAWAY Diamonds, UC, PS4, gaming peripheral, dan lainnya!

Makin update dengan berita game dan esports! Yuk subscribe ke channel YouTube KotakGame DI SINI dan Instagram KotakGame DI SINI! Bakal ada banyak FREE GIVEAWAY Diamonds, UC, PS4, gaming peripheral, dan lainnya!
Kisah Stormguard berlanjut …

"Aku siapa?"

Seorang gadis kecil berdiri di depan tuannya sambil memegang perisai dari kayu di tempat latihan. Matahari mulai terbenam. "Kau adalah Profesor Marcel …"

Pedang kayu tuannya mengenai pipi kirinya dan meninggalkan bekas merah.

"Dalam sebuah pertarungan, tidak ada profesor. Tidak ada nama." Tuannya berjalan memutari dirinya, dan gadis kecil itu kemudian bergerak seperti yang diajarkan sambil menangis. "Tidak ada suami, adik, kakak. Teman." Dia menyerang lagi, pedangnya kembali meninggalkan luka.

"Y.. Ya, Profesor." Gadis kecil itu menahan rasa sakitnya, tetap berusaha bergerak sesuai arah dari tuannya.v "Aku siapa?"

"Kau adalah …" Pedang mengayun dan membentur di perisai gadis kecil itu, kepingan kayu berterbangan. "… pedang."

"Dan kau siapa?"

Pedang kembali berayun, kembali memukul tameng gadis kecil itu. "Aku adalah perisai."

"Lagi."

"Aku adalah pe … perisai." Pukulan semakin cepat, tanpa ampun untuk tangan mungilnya yang berusaha mengangkat perisai, bekas memar muncul ketika dia terlalu lambat.

"Lagi."

"Aku adalah perisai!" Dia menangis termehek-mehek, jatuh dengan lututnya, perisai diletakkan di atas kepalanya. "Perisai! Aku adalah-"

"… perisai!"

Catherine duduk di dalam tenda jenderal, menghela napas, berkeringat meskipun cuaca malam yang dingin. Sebuah panah sihir muncul dari dada laki-laki di sebelahnya, bercahaya biru dalam gelap.

Baca ini juga :

» Vainglory: Legion Of One Akan Hadir Untuk Kamu Yang Sudah Kangen Dengan Vainglory
» Update Terbaru Vainglory! Cross-Platform, Pemain PC dan Smartphone Akan Ketemu Dalam Satu Game
» Super Evil Megacorp akan Menghadirkan Vainglory Versi Windows dan Mac Awal Tahun 2019
» Tak Ingin Tertinggal, Secara Resmi Vainglory akan Hadir di Platfom PC!
» Hero Baru Vainglory, Anka si Assassin Lincah dengan Dagger Mematikannya!

"Kestrel," dia berbisik.

Dia mengenakan pakaiannya dalam kedaan sunyi, meskipun dia tahu tidak perlu untuk diam-diam dia hidup karena mereka menginginkan dia tetap hidup.

Dia melangkah keluar, sepatu bootnya tidak mengeluarkan suara di atas salju. tenda-tenda infantri berdesis karena lubang-lubang bekas panah. Jika matahari tidak pernah terbit, mayat-mayat tidak akan pernah membusuk dan musim semi tak akan pernah mengakhiri Winter War.

Di tengah perkemahan, tiga belas wanita asing dengan seragam yang nampak familiar mengerumuni api unggun. Mereka masih muda. Enam Pedang, dua Kapak, dua Belati, dua Tongkat, delapan macam peralatan Sihir, sembilan Perisai dan sebuah Busur.

"Salut, Kestrel." Catherine melangkah dan meletakkan perisainya di atas salju.

"Catherine!" Panggil si Busur dengan seringai di wajahnya. Dia berlari di atas salju untuk memegang tangan Catherine, meletakkan busurnya dekat perisai. "Seperti turun pangkat, bukan, merampungkan perselisihan batas negara lain?"

"Itu terbayarkan."

Kestrel meletakkan jarinya di sayap dari pauldron Catherine. Bump-bump-bump. "Apa kau meninggalkan Pedangmu di tempat tidur?"

"Benar sekali." Catherine menatap dengan tajam melewati api, para Stormguard bergerak pada suatu posisi. "Kau menyerahkannya, agak tidak berguna."

Kestrel menyeringai. "Rumornya, kau menyerahkan pedangmu karena bersalah."

"Kau akan segera tahu kalau aku tidak membutuhkannya."

"Bisa dimengerti. Senjata, pasukan, bahkan seluruh institusi."

Catherine mengistirahatkan satu tangannya di atas perisainya. "Kau kelihatannya tidak suka mengobrol."

"Hanya ingin ngobrol. Sudah lama sekali." Kestrel menaruh senjatanya di tangan kiri. Di tangan kanannya terdapat, empat anak panah bercahaya. Di sisi lain api unggun, mereka melepas kerudung berbulu putih mereka dan mengeluarkan pedangnya api dan es dan energi dari telapak tangan para penyihir. Catherine mengambil perisainya, Catherine bukan lagi Catherine, Kestrel bukan lagi Kestrel, dan sebuah garis abu-abu tipis terbentuk di ujung langit fajar.

Saat sebelum kekacauan, angin salju berhembus di sekitar tenda yang penuh dengan mayat para prajurit. Sang Perisai bangkit. Sang Busur menempatkan panah bercahaya di tali busur dan menariknya, jari-jarinya berada pada pipinya.

Kemudian, dia berputar dengan kakinya dan melepaskan panah melewati nyala api.

Akan berlanjut ...

(KotakGame)

TAGS

Jika ingin mengirim artikel, kerjasama event dan memasang Iklan (adverstisement) bisa melalui email redaksi[at]kotakgame.com atau Hotline (021) 93027183
rekomendasi terbaru