Peretas (hacker) asal Korea Utara kembali menjadi sorotan internasional setelah laporan terbaru mengungkap bahwa mereka diduga mencuri cryptocurrency senilai 659 juta dollar AS atau sekitar Rp 10,6 triliun sepanjang tahun 2024. Laporan ini dirilis oleh tiga negara, yakni Amerika Serikat (AS), Jepang, dan Korea Selatan, melalui pernyataan bersama.
Pencurian Kripto di Lima Insiden Utama
Laporan tersebut merinci lima insiden besar yang melibatkan pencurian cryptocurrency oleh hacker Korea Utara, termasuk aksi mencuri sebesar 235 juta dollar AS (sekitar Rp 3,8 triliun) dari platform kripto asal India, WazirX. Serangan ini dikaitkan dengan kelompok peretas terkenal, Lazarus Group, yang sebelumnya diduga terlibat dalam peretasan platform kripto Indodax pada tahun 2023.
"Kami mengidentifikasi aktivitas berbahaya oleh kelompok hacker yang berafiliasi dengan Korea Utara, termasuk Lazarus Group, yang terus melancarkan kampanye kejahatan siber untuk mencuri cryptocurrency dari platform pertukaran, penyedia aset digital, dan individu," tulis pernyataan bersama ketiga negara tersebut.
Dampak Besar pada Industri Kripto
Sepanjang satu dekade terakhir, Lazarus Group diduga mencuri miliaran dollar AS melalui berbagai aksi kejahatan siber. Salah satu pencurian terbesar yang pernah dilakukan adalah pada platform game blockchain Axie Infinity pada tahun 2022, di mana mereka mengambil 625 juta dollar AS (sekitar Rp 10,1 triliun).
Pada tahun 2024, serangan terhadap platform asal Jepang, DMM Bitcoin, menjadi insiden dengan kerugian terbesar. Platform tersebut kehilangan 308 juta dollar AS (sekitar Rp 4,9 triliun) dan akhirnya terpaksa menghentikan operasinya.
Baca ini juga :
» Kehadiran AI DeepSeek Guncang Pasar Kripto Global, Investor Panik Jual Aset!
» AMD Umumkan Jajaran Prosesor Baru di CES 2025! ADA Ryzen X3D Terbaru!
» Oppo Siapkan Kejutan Baru: Bocoran Spesifikasi Oppo Find X8 Mini
» Kecerdasan Buatan (AI): Mengubah Cara Kita Berkarya dan Memimpin di Masa Depan
» Xiaomi Siapkan Ponsel Baterai Jumbo 7.500 mAh dengan Teknologi Canggih
Taktik Rekayasa Sosial yang Canggih
Bulan September 2024, FBI mengeluarkan peringatan tentang serangan agresif yang dilakukan oleh hacker Korea Utara terhadap perusahaan kripto. Mereka menggunakan taktik rekayasa sosial (social engineering) yang sulit dideteksi, termasuk menyamar sebagai kontak terpercaya, menawarkan peluang bisnis palsu, atau menyebarkan malware.
Beberapa malware yang sering digunakan adalah:
FBI juga mencatat bahwa metode ini sering melibatkan penipuan dengan menduplikasi profil asli dari media sosial, membuat penyamaran terlihat meyakinkan.
Langkah Pencegahan untuk Perusahaan Kripto
Ketiga negara tersebut menyarankan perusahaan kripto untuk meningkatkan kewaspadaan dan memastikan mereka tidak secara tidak sengaja mempekerjakan pekerja IT asal Korea Utara. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kebocoran data atau serangan lanjutan.
Selain itu, langkah-langkah berikut direkomendasikan:
Aksi Korea Utara Mengancam Ekosistem Kripto
Serangan yang dilakukan oleh hacker Korea Utara tidak hanya menciptakan kerugian finansial besar, tetapi juga mengancam keamanan ekosistem kripto global. Dengan taktik yang semakin canggih dan sulit dideteksi, perusahaan kripto perlu meningkatkan keamanan untuk melindungi aset digital mereka.
Melihat tren ini, kerja sama lintas negara menjadi kunci dalam menangkal serangan siber di masa depan.
Selain berita utama di atas, KotakGame juga punya video menarik yang bisa kamu tonton di bawah ini.
Recommended by Kotakgame