NEWS

Perdana Menteri Jepang Soroti Kontroversi Assassin's Creed Shadows, Picu Vandalisme Situs Budaya

Rahmat Handiko    |   Kamis, 20 Mar 2025


Makin update dengan berita game dan esports! Yuk subscribe ke channel YouTube KotakGame DI SINI dan Instagram KotakGame DI SINI! Bakal ada banyak FREE GIVEAWAY Diamonds, UC, PS4, gaming peripheral, dan lainnya!

Makin update dengan berita game dan esports! Yuk subscribe ke channel YouTube KotakGame DI SINI dan Instagram KotakGame DI SINI! Bakal ada banyak FREE GIVEAWAY Diamonds, UC, PS4, gaming peripheral, dan lainnya!

Assassin's Creed Shadows telah menjadi topik perdebatan hangat di berbagai kalangan, terutama di Jepang. Salah satu kontroversi terbesar yang muncul adalah terkait adegan dalam game yang memperlihatkan karakter utama, Yasuke, menghancurkan sebuah kuil Shinto. Isu ini bahkan menarik perhatian Perdana Menteri Jepang, Shigeru Ishiba, yang dikabarkan mengadakan pertemuan dengan pejabat tinggi pemerintah untuk membahas dampak dari representasi budaya yang dianggap sensitif ini.

Ubisoft telah mengonfirmasi bahwa Assassin's Creed Shadows dirilis pada 20 Maret. Namun, sejak diumumkan, game ini sudah menghadapi berbagai kritik. Salah satu topik yang banyak diperbincangkan adalah penggunaan nama Yasuke, yang dianggap kurang tepat untuk menggambarkan karakter protagonis dalam game. Selain itu, beberapa penggemar juga menyoroti kemiripan game ini dengan anime dan manga populer One Piece, serta mempertanyakan keakuratan historis yang diusung oleh Ubisoft.

Namun, yang paling memicu perdebatan adalah segmen permainan yang memperlihatkan Yasuke menghancurkan Kuil Itatehyozu, yang dalam dunia nyata terletak di Himeji, Prefektur Hyogo. Aksi ini menimbulkan kekhawatiran bahwa game tersebut dapat memicu tindakan vandalisme terhadap situs-situs bersejarah di Jepang.

Kekhawatiran ini semakin kuat setelah Hiroyuki Kada, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Jepang, mengajukan pertanyaan kepada Perdana Menteri mengenai potensi dampak game ini terhadap masyarakat. Perdana Menteri Ishiba menegaskan bahwa menghormati budaya dan agama merupakan hal yang mendasar, serta menyoroti bahwa tindakan perusakan seperti yang digambarkan dalam game akan menjadi penghinaan bagi seluruh Jepang. "Kita harus menegaskan bahwa tindakan yang mengabaikan nilai budaya tidak dapat diterima begitu saja," ungkapnya, seperti dikutip oleh IGN.

Baca ini juga :

» [RUMOR] Ubisoft Tengah Kembangkan Game Battle Royale yang Terinspirasi Dari Apex Legends
» Ubisoft Tegaskan Walau Sudah Dibeli, Game Bukan Milikmu Seutuhnya
» Ubisoft Dapatkan Suntikan Dana, 1.16 Biliun Euro Dari Tencent!
» Ubisoft Philippines Merayakan Sukses Tim AC Shadows. Indonesia Kapan Bikin Game AAA?
» Meski Dilanda Pro Kontra, AC: Shadows Berhasil Capai Satu Juta Pemain Hanya Dalam 15 Jam Sejak Rilis

Bukan pertama kalinya Assassin's Creed Shadows menghadapi kritik sebelum perilisannya. Pada Mei lalu, halaman Wikipedia Yasuke sempat mengalami lebih dari 50 kali perubahan dalam satu hari, dipicu oleh perdebatan mengenai representasi samurai berkulit hitam dalam sejarah Jepang. Beberapa kritikus mempertanyakan keakuratan karakter ini, meskipun catatan sejarah menunjukkan bahwa Yasuke benar-benar pernah menjadi anggota istana daimyo Nobunaga Oda.

Pihak Ubisoft Quebec, selaku pengembang, telah menegaskan bahwa Assassin's Creed Shadows adalah fiksi sejarah yang tetap berusaha mempertahankan elemen budaya dan latar akhir abad ke-16 seakurat mungkin. Demi meningkatkan keakuratan representasi budaya, pengembangan game ini mengalami beberapa penundaan, yang menyebabkan perubahan jadwal rilis dari 15 November 2024 ke 14 Februari 2025, sebelum akhirnya ditetapkan pada 20 Maret 2025.



Selain berita utama di atas, KotakGame juga punya video menarik yang bisa kamu tonton di bawah ini.

TAGS

Jika ingin mengirim artikel, kerjasama event dan memasang Iklan (adverstisement) bisa melalui email redaksi[at]kotakgame.com atau Hotline (021) 93027183
rekomendasi terbaru