NEWS

[Kisah Vainglory] Idris dan Adagio: Kota Padang Pasir yang Diserang Kekuatan Jahat

ClockWorange   |   Senin, 26 Feb 2018


Makin update dengan berita game dan esports! Yuk subscribe ke channel YouTube KotakGame DI SINI dan Instagram KotakGame DI SINI! Bakal ada banyak FREE GIVEAWAY Diamonds, UC, PS4, gaming peripheral, dan lainnya!

Makin update dengan berita game dan esports! Yuk subscribe ke channel YouTube KotakGame DI SINI dan Instagram KotakGame DI SINI! Bakal ada banyak FREE GIVEAWAY Diamonds, UC, PS4, gaming peripheral, dan lainnya!
Idris adalah hero assassin dan jungle yang ada di Vainglory. Kisahnya sebagai prajurit padang pasir, Lore ini bercerita tentang negeri padang pasir yang sedang bertarung dengan kekuatan jahat. Kisah ini juga yang membuat dia sangat ahli dalam peperangan yang mengendap-endap. Biar gak makin penasaran langsung aja yuk kita lihat lore bagian 1 dari Idris ini.

Pada belahan dunia yang lain, kekuatan gelap yang bernama Churn berhasil mengambil alih kota di padang pasir. Churn berhasil memaksa para warga di kota tersebut untuk mengungsi ke padang pasir luas yang ada di sekitar kota tersebut.

Beberapa abad yang lalu masyarakat padang pasir berhasil mengubah warna pasir menjadi putih, biru, dan merah muda untuk dijadikan sebuah kristal kaca yang kuat. Mereka menciptakan sebuah kota di tengah padang pasir dengan kristal kaca tersebut. Jadilah sebuah kota yang indah dan kokoh penuh cahaya gemerlap kristal. Kota ini begitu indah hingga menarik perhatian seorang Seraphim.

Baca ini juga :

» PLAYWITH GAMES Hadirkan Registrasi CBT Seal: WHAT the FUN dengan Hadiah Spektakuler, Cara Daftarnya di Sini!
» Youtuber Bernama Karl Buat Colloseum dengan 1 Juta Blok di Minecraft!
» Akhirnya Ikut Rilis di PC! Ini dia Spesifikasi PC Minimal Biar Bisa Mainin Horizon Forbidden West
» [RUMOR] God of War Ragnarok Baru Akan Rilis di PC Pada Tahun 2025
» Diskon Pertama untuk Like a Dragon: Infinite Wealth! SEGA ATLUS Spring Sale 2024 Tengah Berlangsung di Steam

Adagio adalah wujud Seraphim yang mengagumi kota ini. Berbeda dengan saudara-saudara Seraphim-nya yang lain, Adagio tidak tertarik sama sekali dengan manusia. "Mengapa harus tertarik dengan manusia yang bodoh? Mereka makhluk rapuh yang bisa mati dalam sekejap." Tetapi Adagio sendiri sangat mengagumi kota kaca tersebut. Dia terbelenggu dengan keindahannya.

Suatu ketika Adagio memutuskan untuk terbang di atas kota indah tersebut. Namun keindahan kota tiba-tiba berubah. Kilat menyambar di mana-mana. Asap dan minyak panas milik monster jahat tumpah ruah menutupi keindahan kota tersebut. Churnbeast adalah julukan yang diberikan oleh manusia pada monster-monster itu. Adagio tahu bahwa monster-monster itu merupakan hal yang lumrah di dalam kehidupan. Mereka adalah elemen penyeimbang yang normal dalam hidup. Semua yang tumbuh akan hancur dan kemudian tumbuh kembali. Tapi tetap saja Adagio tidak suka kota yang dikaguminya luluh lantak.

Adagio kemudian turun di sebuah bukit kristal yang sudah hancur berantakan, sebuah gurun yang lalu dikenal dengan nama The Shimmer atau 'yang bercahaya'.

Pemuda bernama Idris bergegas meninggalkan tendanya yang terbuat dari bulu kambing dan beranjak pergi dengan pedang yang dia ikat di punggungnya. Dia menatap mentari pagi dengan ekspresi yang menunjukan teriknya cahaya di langit. Alisnya berkerut. Di tengah perjalan, langkahnya terhenti sejenak melihat gundukan hijau di tengah gurun pasir. Terlihat dedaunan yang membentang di tengah gurun. Merekah hijau membelah pandangan Idris.

Dahulu, pemandangan hijau yang muncul tiba-tiba di gurun The Shimmer adalah hal yang menakjubkan. Tapi sekarang semua tanaman yang hijau di padang itu mengingatkan pada sebuah kejadian yang mengerikan. Idris pun mengalihkan pandangannya dan berjalan ke tengah kota. Tiga puluh menit berjalan menuju kota Idris pun mulai disambut kembali dengan pemandangan hijau yang menawan beserta kabut asap. Tidak jauh dari situ, di sebuah bukit pasir dirinya melihat sosok jin bersayap biru.

Idris mengedipkan matanya untuk menyadarkan diri. Dia takut semua itu hanya tipu daya fatamorgana di tengah padang pasir. The Shimmer memang terkenal dengan tipu daya fatamorgana yang membuai para petualang yang singgah.

Masuk ke kota, dia bergerak di antara tenda dan melewati api unggun yang meredup di pagi hari. Dia menghirup bau roti panggang segar dan teh yang mendidih. Dia menurunkan anak kambing yang berusaha melompati meriam besar di dekatnya. Tidak lama Idris mulai menyapa para sesepuh di kumpulan tenda tersebut, menyampaikan kabar buruk. Tumbuhan hijau yang hadir tiba-tiba di gurun The Shimmer merupakan pertanda mereka harus mundur ke garis pertahanan mereka.

Di tanah berdarah yang jauh dari kehidupan manusia, Idris kembali bekerja membersihkan para Churnbeast yang telah berjalan mendekat tendanya di malam hari. Seketika teror baru tumbuh kembali dari tulang belulang. Binatang-binatang menyeramkan tersebut terus datang tiap malamnya. Mereka pergi bergerombol, mencakar, mengaum, dan merusak apapun. Membuat malam para pejuang menjadi tidak tenang dan kurang istirahat. Sebuah rutinitas jaga yang dilakukan oleh para pejuang sehari-hari. Kemampuan dari hasil latihan Idirs menggunakan tombak dan cakram sangat berguna di saat-saat mencekam ini.

Untuk yang kesekian kalinya Idris kembali menatap bukit berpasir itu. Sosok makhluk bersayap masih setia bertengger di sana. Idris mulai memejamkan mata, membayangkan dirinya berada di bukit tersebut bersama makhuk jin bersayap biru. Dia pun memberanikan dirinya untuk mendekati sang makhluk.

Adagio tidak ingat kapan terakhir kali ia terkejut. Sayap birunya merespon dengan gerakan kejap sebagi tanda keterkejutan yang muncul saat si prajurit padang pasir muncul di hadapannya.

"Selamat datang wahai jin," empat kata yang keluar dari mulut Idris dengan sangat lembut. "Jika kamu hadir untuk bergabung dengan kami di medan pertempuran ini, maka kami menyambut kamu dengan sangat hangat".

"Mengagumkan," Adagio menjawab dengan suara merdu yang terdengar sayup. "Saya tidak tahu bahwa sihir telah dibudidayakan di The Shimmer."

"Saya tidak mengenal sihir", kata Idris. "kemampuanku terbentuk dari alam."

"Jika memang seperti itu, semua manusia akan mudah mencapainya," kata Adagio.

"Seorang pria tanpa rasa takut akan mencapai tujuannya di saat dia memilih untuk berpaling pergi."

"Mungkin umat manusia harus lebih mengenal dan tahu apa itu takut," dengan jari yang ramping Adagio menunjukan kota yang hancur tersebut.

"Orang-orang hidup dalam ketakutan sekarang", kata Idris menjawab lembut. "Jika memang semua itu benar, maka munculnya semua kengerian dari Fabled Well itu adalah tanda-tanda keruntuhan leluhur kalian, karena para Seraphim dan Naga raksasa yang Fabled Well untuk melepaskan mengendalikan energi kehancuran mereka."

"Alam tidak bisa seutuhnya kita kendalikan, dia akan menghancurkan dan melampaui kita semua," kata Adagio.

Idris mengangguk, mengiyakan pernyataan Adagio. "Para astronom pernah berkata saat cahaya surga sudah selaras dan bersinergi, cahaya itu akan menciptakan kekacauan pada sang sumur kekuatan (Fabled Well), kisah ini begitu usang sehingga tidak ada lagi orang yang mempercayainya. Setahun lalu kekuatan jahat (Churnbeast) muncul dari Fabled Well, meluluh lantakkan kota kristal dan memaksa kami untuk keluar dari kota tersebut. Setiap harinya kami harus bertarung melawan para monster tersebut dan terus tergusur menjauh dari kota yang dahulu indah itu. Sebagian besar dari para pengungsi tidak pernah memerah kambing, alih-alih memegang senjata. Tapi, mereka yang tidak bisa menyelamatkan diri, dan tidak mati, mereka mengalami penderitaan yang lebih buruk."

"Benar, pemandangan yang mengerikan" Adagio menjawab dengan gelisah. "Apa yang tidak dibunuh oleh Churn, akan mereka makan."

"Beri tahu aku apa yang harus dilakukan?" Kata Idris.

"Tidak ada yang bisa dilakukan kecuali menyelamatkan diri. Di tahun-tahun berikutnya seluruhnya akan berubah menjadi hutan liar mematikan dengan makhluk pemangsa yang sangat buas. Ini bukan pertama kalinya Churn menghancurkan peradaban, dan tak ada satupun yang dapat mengerti." Adagio tertawa kecil, "kamu mengingatkan saya kepada kakak beradik, Rana dan Ayah. Mereka juga mempertanyakan hal yang sama seperti kamu. Saya menugaskan mereka untuk menulis sebuah buku. Buku itu dapat membantu kalian menghindari kehancuran. Buku itu tertimbun di antara reruntuhan kota."

"Ada buku yang bisa menyelamatkan kami?" Sahut Idris

"Dahulu pernah ada peradaban yang melawan Churn menggunakan teknologi." Adagio kembali menatap kota itu. "Tapi mereka semua gagal, Rana, Ayah dan kaumnya gagal. Seperti halnya kaum-mu. Teknologi justru membuat mereka menjadi liar, serakah dan menghancurkan diri mereka sendiri." Adagio mengibaskan tangannya kepada sebuah tanaman liar. "...Kota itu tidak akan bisa kamu ambil lagi."

"Aku yang akan mengambil itu semua kembali." Jawab Idris.

Adagio memandang Idris dengan lembut. "Apa yang tidak dibunuh oleh Churn, akan mereka makan."

"Terima kasih atas nasehatmu Jin." Idris berpaling sambil mengambil senjata miliknya dan tidak menatap kembali ke belakang. Dia melangkah pergi sambil menghela nafas panjang dan perlahan.

"Saya tidak memberi...." Sebelum Adagio menyelesaikan perkataanya, pasir di bawah Idris naik ke atas membentuk sebuah pusaran hebat. Pemuda tersebut hilang dan Adagio berusaha mencarinya. Dia menyilangkan tangannya dan menggelengkan kepala. "Mungkin dalam hitungan jutaan tahun," Gumam Adagio. "Akhirnya ada makhluk fana yang menampilkan bayangan menarik."

(KotakGame)

TAGS

Jika ingin mengirim artikel, kerjasama event dan memasang Iklan (adverstisement) bisa melalui email redaksi[at]kotakgame.com atau Hotline (021) 93027183
rekomendasi terbaru