Feature

Benarkah Fanservice Menjadi Resep Kesuksesan Sebuah Anime?

oleh: Culdesacc


Jika diperhatikan belakangan ini, Fanservice merupakan salah satu elemen 'wajib' yang terdapat dalam sebuah anime. Beberapa contoh anime yang menjadikan elemen Fanservice sebagai nilai jual utama dalam animenya sendiri seperti Shokugeki no Soma, To Love Ru, Prison School, Highschool DxD menerima respon yang positif diantara para penonton anime kebanyakan. Namun, apakah setiap anime harus menggunakan 'resep sukses' Fanservice agar bisa bertahan dalam industri?

 
Sebuah anime tentunya takkan bertahan lama tanpa dukungan para penonton yang menonton ataupun membeli merchandise dari anime yang mereka cintai. Karenanya mau tak mau, produser sebuah anime harus menyelipkan beberapa adegan fanservice agar menarik penonton baru untuk menonton anime yang mereka arahkan.

Salah satu contohnya bisa dilihat dalam SSSS.Gridman yang ditayangkan musim ini. Walau utamanya Gridman adalah anime yang membahas tentang perjuangan Yuta dan GRIDMAN dalam mengalahkan kaiju, fokus penonton berangsur 'salah fokus' ke karakter pendamping perempuan-nya, yaitu Rikka dan Akane.


SSSS.Gridman merupakan salah satu contoh anime yang tidak terlalu mengandalkan fanservice dalam ceritanya, namun berbeda jika dilihat dari merchandise yang mereka jual. Contoh lainnya, Steins;Gate menonjolkan beberapa fanservice di episodenya, namun bukan menjadi poin penting yang menggerakkan ceritanya sendiri.

Di lain sisi, beberapa anime justru menjadikan fanservice sebagai salah satu senjata utamanya tanpa cerita yang benar-benar berbobot seperti misal Highschool DxD atau Infinite Stratos, dimana sang karakter utama dihadapkan pada adegan-adegan tak masuk akal yang jelas-jelas merupakan service bagi para penonton.


Bisa dibilang, banyaknya fanservice belakangan ini merupakan salah satu strategi seorang sutradara agar menjual anime mereka agar para fans kemudian tertarik dan memberikan support dengan membeli BD ataupun sekedar merchandise dari anime tersebut. Namun tentu saja, sebuah anime dapat menjadi sesuatu yang lebih tanpa mengandalkan fanservice semata dengan mengandalkan cerita dan karakter yang berbobot, seperti contoh Death Note, Cowboy Bebop, Fullmetal Alchemist, dan beberapa judul lainnya. Apabila tiba-tiba anime-anime tersebut mengandalkan fanservice berlebihan dari karakternya, tentu akan terasa aneh, bukan?

Baca ini juga :


» Awas Maksiat! 7 Game Mobile Yang Gak Boleh Kalian Mainin Sebelum Buka Puasa Edisi 2022!
» Nyesel Kalau Gak Nonton! Ini Dia 7 Rekomendasi Anime Baru Yang Akan Rilis di 2022
» Sembari Menunggu Arcane Season 2, Ini Dia Deretan Anime Yang Harus Kamu Tonton Kalau Kamu Suka Arcan
» Mau Jadi Tanjidor? Ini Dia Deretan Game Adaptasi Anime Yang Gak Akan Ngecewain!
» Udah Pernah Maenin Belom? Ini Dia 7 Rekomendasi Game JRPG Yang Keren Dan Asik Di Steam!


Menurut kru KotGa pribadi, adanya sebuah Fanservice dalam sebuah anime bisa dibilang sesuatu yang wajar karena kreator anime sudah jelas harus mengikuti selera pasar agar bisa mendapatkan untung dari anime yang dibuat dari jerih payah mereka. Namun, apabila sebuah Fanservice sudah melewati batas dan terlalu berlebihan, jelas akan merusak sebuah anime dan berujung menjadi sebuah kegagalan. Bagaimana menurut Kotakers?


(KotakGame)

Jika ingin mengirim artikel, kerjasama event dan memasang Iklan (adverstisement) bisa melalui email redaksi[at]kotakgame.com atau Hotline 021-98299724
rekomendasi terbaru



Most Popular Feature
Tidak ada berita terpopuler