Review

Captain Marvel

oleh: Salinolino

Halaman Pertama

Sejak berhasil mewujudkan proyek ambisius perdananya, dengan menyatukan para superhero lini-lini terdepannya melalui Avengers, yang kemudian dimantapkan lagi lewat fase keduanya, Marvel Studios sudah akhirnya telah memiliki trik bagaimana menghasilkan film superhero yang mudah diterima untuk semua kalangan. Hal itu terbukti dimana mereka menghadirkan tokoh-tokoh yang kurang terkenal bagi kalangan awam, akan tetapi sambutan hangat selalu berhasil didapatkan.

Bisa dikatakan dari 10 film-film superhero Marvel yang terakhir dirilis, jarang yang kualitasnya buruk atau bahkan tergolong menengah sekalipun. Harus diakui pihak studio telah cukup kompeten dalam menyusun kepingan-kepingan kisah narasi superhero. Begitu pula yang dapat dilihat dalam rilisan terbaru mereka, yakni Captain Marvel, sebuah debut pertama MCU menghadirkan film solo superhero wanita.

Tidak perlu berlama-lama lagi, berikut hasil ulasan Kru KotGa tentang film Captain Marvel!

Baca ini juga :

» Spider-Man: Across the Spider-verse
» Guardians of the Galaxy Volume 3
» Ant-man and the Wasp Quantumania
» Black Panther: Wakanda Forever
» Thor Love and Thunder
Dalam Captain Marvel diceritakan seorang pejuang Kree bernama Vers yang diperankan Brie Larson yang mempunyai kemampuan melontarkan cahaya photon dari tangannya yang tidak ingat dengan masa lalunya. Meski demikian, Vers tidak segan untuk ikut ambil bagian dalam perang abadi Kree melawan ras alien rival mereka, Skrull yang mempunyai kemampuan meniru wujud siapapun.

Suatu ketika dalam proses memburu teroris Skrull bernama Talos, membawa Vers terdampar di Bumi dan membuatnya berjumpa dengan agen S.H.I.E.L.D, Nick Fury yang diperankan Samuel L.Jackson. Sama-sama menelusuri apa tujuan yang ingin diwujudkan Talos, Vers mulai mengingat kehidupan masa lalunya dan fakta bahwa dirinya memiliki keterkaitan kuat dengan Bumi.

Seperti halnya sebuah kisah origin superhero, pembuka kisah ini adalah perkenalan seorang karakter yang belum menyadari potensi kekuatannya. Narasi ini kemudian oleh tim yang terdiri dari sineas Anna Boden, Ryan Fleck dan Kevin Feige dipertajam dengan formula familier khas mereka, yaitu sebuah perkembangan karakter, pemilihan pemain yang tepat, spesial efek yang apik namun jarang inovatif.

Rumusan ini rupanya bisa juga diterapkan untuk film mengenai karakter utama wanita. Loyal dengan pakemnya, namun kisahnya juga mampu sekaligus menjadi kepingan pelengkap maupun berdiri sendiri dari kepingan MCU lainnya. Menyuguhkan format kisah misteri kosmis yang pelan tapi pasti membangun utuh seorang karakter baru dan kemudian mengeksposnya dalam cara yang paling spektakuler. Film ini juga berusaha mengambil keuntungan dari setiap twist dan kejutan yang tersedia ketika seorang hero tidak bisa mengingat kehidupan masa lalunya.

Hasilnya memang, dari segi penuturan kisahnya, ada sedikit angin segar jika dibandingkan dengan film-film origin kepingan MCU lainnya. Di mana biasanya mengusung satu tarikan garis lurus, penuangan kisah origin kali ini sebagian dituturkan dalam teknik non linear, seperti formula yang tengah banyak diadopsi kisah origin tokoh superhero di serial-serial berseri. Perjalanan pencarian misteri jatidiri sang tokoh utama dan proses investigasi yang dilakukannya, serta adegan tumpang-tindih antara masa lalu dan masa kini, membuat kisahnya memiliki muatan bobot lebih dibanding babak-babak origin tokoh pendahulunya. Menyuguhkan setting era 90-an dan menghadirkan tren budaya pop pada masa itu, termasuk di sektor soundtracknya, serta joke-joke yang timbul khas tahun 90-an, adalah nilai plus lain dari film ini. Dan tentu saja performa apik bintang-bintang tenar yang membintanginya pun ikut serta menjadi poin lebih dalam film ini.

TAGS

Jika ingin mengirim artikel, kerjasama event dan memasang Iklan (adverstisement) bisa melalui email redaksi[at]kotakgame.com atau Hotline (021) 93027183
rekomendasi terbaru



Most Popular Previews
Belum ada Preview