Akhir-akhir ini seiring kesuksesannya, game juga kerap diperdebatkan mengenai efek samping dari memainkannya. Sebelumnya, WHO sempat memberikan ide untuk menyatakan bahwa orang yang kecanduan game diklasifikasikan sebagai orang dengan gangguan kesehatan mental, namun itu baru hanya sekedar usulan dan harus melalui tahap penelitian yang panjang.
Baca ini juga :
» Pertarungan untuk Elderym Dimulai Hari Ini Saat Guild of Guardians Rilis di iOS dan Android
» Gibran Tidak Ingin Membatasi Kreativitas Anak Muda Yang Ingin menjadi Atlet Esports
» Solo Leveling: ARISE Sudah Bisa Kamu Mainkan Sekarang!
» CEO LEVEL-5, Akihiro Hino Ingin Buat Game Erotis Dan Game Dewasa Dengan Kekerasan
» Sandiaga Uno Akan Tindak Lanjuti Game Yang Mempunyai Dampak Buruk Untuk Anak
Baru-baru ini sebuah studi justru menemukan hal yang positif dari bermain game. Penelitian yang dilakukan oleh Duke Clinical Research Institute, membagi dua kelompok yang terdiri dari 350 anak usia 8 hingga 12 tahun penderita ADHD atau yang diketahui sebagai gangguan mental jangka panjang pada anak, di mana anak akan menjadi impulsif dan hiperaktif.
Sumber: The Business Journals
Kelompok pertama ditugaskan untuk bermain game biasa, sementara kelompok lainnya memainkan game khusus yang cocok untuk terapi ADHD. Mereka pun harus memainkan game masing-masing selama 25 menit per hari, lima hari seminggu, selama empat minggu berturut-turut. Keseluruhan anak-anak ini juga tidak meminum obat untuk ADHD.
Setelah empat minggu, penelitian ini menemukan bahwa anak-anak yang menjalani terapi game khusus memiliki hasil yang sangat bagus atas pengendalian gejala ADHD nya. Namun, menurut para peneliti, hal ini tidak serta merta menggantikan terapi tradisional, namun membuktikan bahwa game memiliki manfaat yang baik, tapi kurang di apresiasi. Sebelumnya, Duke Clinical Research Institute juga membuktikan bahwa konsol VR mampu membantu merawat orang dengan cedera otak traumatis.
Sumber: Gamerant