Feature

[Diary Kru KotGa] Microtransaction di Devil May Cry 5 Terlalu Dibesar-besarkan?

Sejak diimplementasikannya sistem microtransaction berlebihan pada game multiplayer selama beberapa tahun terakhir, banyak gamer mulai selektif dalam memilih game mana yang ingin mereka dukung keberadaanya. Electronic Arts adalah publisher sekaligus developer yang paling sering mengimplementasikan sistem ini, dimana puncaknya terjadi saat Star Wars Battlefront 2 mendapat review negatif karena menjamurnya microtransaction yang menghambat progress permainan. Saking parahnya, pemain bahkan harus mengorbankan waktu grinding hingga 40 jam hanya untuk membuka satu hero, kecuali jika mereka ingin menghamburkan uang asli untuk membeli hero tersebut.

Dari sinilah rasa kepercayaan gamer kepada EA mulai menurun, termasuk juga developer lain yang menerapkan sistem serupa. Bicara soal microtransaction, belum lama ini dunia maya sedang dihebohkan dengan kabar mengenai Devil May Cry 5 yang ternyata menggunakan microtransaction. Informasi ini didapat dari sesi wawancara antara Gamespot dengan sang kreator Hideaki Itsuno, dimana dia menjelaskan kalau game ini akan memberikan opsi bagi pemain untuk membeli Red Orb dengan uang asli. Kegunaan Red Orb sendiri sangat vital dalam semua seri Devil May Cry, karena item ini diperlukan untuk mempelajari skill sekaligus membeli item consumable. Setelah pihak Gamespot mulai membuat beritanya, sontak saja banyak gamer memberikan respon negatif.

Baca ini juga :

» ACTION RPG Open World Terbaru Capcom, Bisa Panjat Monster, AI Canggih, dan Dunianya Luas!
» Ini Dia Ciri Khas yang Wajib Ada di Game Resident Evil Berikutnya!
» Hadoken!!! Inilah 7 Jurus Paling Legendaris di Game Street Fighter!
» Gak Cuma Keren, Ini Berbagai Keuntungan Ketika Mendapatkan Karakter Street Fighter
» Gempar! Ryu Ken & Karakter Street Fighter V: Champion Edition lainnya Menyerang Dunia Summoners War!

Microtransaction sebenarnya termasuk komponen yang diperlukan sebagian developer untuk mencari opsi pemasukan lain dari game mereka. Banyak gamer salah berasumsi kalau developer sebenarnya rakus, namun hal itu hanya berlaku di sistem microtransaction yang didesain khusus untuk memaksa gamer mengeluarkan uang, lain halnya dengan microtransaction yang bersifat opsional dan tidak merusak pengalaman bermain. Pada kasus ini, Devil May Cry 5 tidak memaksa gamer untuk membeli Red Orb, karena opsi ini sudah diimplementasikan sejak seri DmC: Devil May Cry dan Devil May Cry 4: Special Edition. Walaupun seri keempatnya memang tidak didesain untuk bekerja dengan sistem microtransaction, tapi Itsuno dan timnya selalu menegaskan kalau setiap seri Devil May Cry (Termasuk Devil May Cry 5) selalu memiliki elemen "Fair Play" yang sama.

Tidak hanya Itsuno, producer Matt Walker juga memberikan kejelasan yang sama melalui akun Twitternya kalau microtransaction ini bersifat opsional dan hanya ditawarkan bagi pemain yang ingin mengupgrade karakter mereka lebih cepat. Perlu diingat kalau setiap seri Devil May Cry bergantung pada skill dibanding stats karakter, jadi dengan semakin kompleksnya kombo yang harus dipelajari sejak awal, sepertinya microtransaction ini lebih dikhususkan bagi pemain veteran dibanding pendatang baru.

Kru KotGa sendiri pernah mencoba tingkat kesulitan Heaven or Hell pada Devil May Cry 4 dengan seluruh skill dan upgrade yang lengkap, namun satu serangan saja sudah cukup untuk membunuh karaktermu. Sekarang bayangkan saja jika kamu memilih tingkat kesulitan yang lebih tinggi lagi yaitu "Hell and Hell," pastinya tantangan yang ditawarkan terasa jauh lebih brutal. Kembali ke pertanyaan, lalu kenapa banyak orang kesal dengan microtransaction ini? Jawabannya sendiri karena mereka terpengaruh dengan beberapa media dan pihak lain yang bahkan tidak tahu dengan bagaimana Devil May Cry didesain. Microtransaction ini sebenarnya bisa disamakan dengan DLC double exp dan item lain yang bisa mempercepat progress karakter, yang biasanya sering ditemui dalam kebanyakan JRPG di pasaran (Offline).

Jangan terpengaruh dua Youtuber dibawah ini:

Beberapa game yang Kru KotGa ketahui menggunakan microtransaction seperti ini misalnya saja adalah seri Tales (Seperti Vesperia, Xillia, Zestiria dan Berseria) atau beberapa seri The Legend of Heroes (Trails). Seperti yang bisa kamu ketahui, kedua franchise JRPG tersebut tidak mendapatkan respon negatif dari microtransaction yang ditawarkan, karena bagaimana pun juga sifatnya memang benar-benar opsional. Youtuber seperti Angry Joe Show dan Jim Sterling yang membuat video mengenai microtransaction di Devil May Cry 5 dan memberikan respon negatif nyatanya tidak sepenuhnya tahu dengan desain sistem yang sudah ada, dan berujung pada pembicaraan omong kosong yang membuat banyak gamer salah pengertian.

Kru KotGa jujur sangat kecewa dengan banyaknya Youtuber hingga media yang membesar-besarkan masalah ini tanpa mengetahui kebenarannya. Bagi Kotakers yang sebelumnya masih ragu akan Devil May Cry 5 dan juga ikut terpengaruh dengan pihak yang "Clueless," Kru KotGa untuk saat ini setidaknya bisa memastikan kalau microtransaction dalam Devil May Cry 5 tidak memberikan pengaruh apapun pada pengalaman bermain, apalagi Red Orb adalah sumber daya yang paling mudah untuk didapatkan di setiap seri Devil May Cry. Tentu saja Kru KotGa juga sempat mendengar rumor mengenai akses multiplayer co-op dalam Devil May Cry 5. Walaupun fitur tersebut akan diimplementasikan sekalipun dan memberi pengaruh pada microtransaction, tetap saja skill masih menjadi faktor utama yang harus dimiliki setiap pemain.

(KotakGame)

Jika ingin mengirim artikel, kerjasama event dan memasang Iklan (adverstisement) bisa melalui email redaksi[at]kotakgame.com atau Hotline 021-98299724
rekomendasi terbaru