Makin update dengan berita game dan esports! Yuk subscribe ke channel YouTube KotakGame DI SINI dan Instagram KotakGame DI SINI! Bakal ada banyak FREE GIVEAWAY Diamonds, UC, PS4, gaming peripheral, dan lainnya!
Makin update dengan berita game dan esports! Yuk subscribe ke channel YouTube KotakGame DI SINI dan Instagram KotakGame DI SINI! Bakal ada banyak FREE GIVEAWAY Diamonds, UC, PS4, gaming peripheral, dan lainnya!
Rombongan kereta penyihir berjalan di jalanan Gythia: Archmage sendirian, Lyra dan Tuan Reim di belakangnya. Lance bersikeras untuk berada pada rombongan yang ketiga dengan Samuel dia melihat melewati tirai jendela dan mengagumi kompleks dari menara-menara militer dan lapangan pelatihan yang dikelilingi dinding megah yang terbuat dari batu obsidian, kemudian ada Menara Menteri, Menara Cartographer dan yang terakhir Menara Sihir, seratus kaki lebih tinggi dibanding yang lainnya dan memiliki luas yang sama dengan satu blok kota. Menara itu dihiasi dengan pahatan emas para Archmage yang terdahulu di tiap tingkatnya, masing-masing menggenggam tongkat sihir kuno yang disebut Verdict.
Samuel memasuki menara di bawah tatapan tajam dari ibunya dan mengikuti pengawalnya ke dalam pusat gedung utama. Rasa getir dari sihir asing menyengat lidahnya. Lyra dan Reim menghentikan Lance agar tidak mengikutinya mereka bertiga berdiri di depan pintu. Jalan masuk dikelilingi dengan tiang-tiang dari batu obsidian yang dipahat, mengarah ke dua panggung batu, yang satu lebih tinggi dari satunya. Samuel berdiri di batu yang paling rendah pada batu yang lebih tinggi terdapat para penyihir dengan pangkat yang tinggi, Archmage yang berada di paling depan melepaskan jubahnya untuk memperlihatkan gaun hitamnya. "Samuel Keturunan Penyihir," dia berkata, suaranya menggema diseluruh ruangan yang besar itu, "ujian kesepuluhmu dimulai sekarang. Jika kau lulus, kau akan menerima pangkatmu di guild kami." Dia merentangkan Verdict. "Aku harap kau sudah siap."
Samuel menarik tongkat sihir yang dia sebut Malice dari ikat pinggangnya. "Jadi aku tidak akan memberikan jawaban karena tidak mematuhimu, Ibu? Karena menghanguskan harapan rakyat Gythia? Apakah itu begitu mengganggumu untuk mengakui kegagalan dari keturunanmu?" Dia memutar tongkat sihirnya diantara jari-jarinya sebelum menggenggamnya.
Sebuah bayangan ke luar dari Verdict dan menyerang Samuel dalam sekejap sebelum rasa sakit memenuhi area perutnya. Dia berputar untuk menghadapi penyerangnya dan menatap pada wajahnya sendiri, Malice menunjuk pada tubuhnya sendiri. Tidak ada waktu memahami pengkhianatan ini sebelum bayangannya kembali bergerak dan menembak lagi.
Lance berlari maju tetapi hanya membentur shimmering green wall.
"Untuk setiap tindakan, selalu ada konsekuensi," ujar Lyra.
Reim menyaksikan pertarungan, tanpa ekspresi, menggenggam tongkatnya.
Suara gemuruh air memenuhi telinga Samuel. Dia berputar ke kanan dan bayangannya melakukan hal yang sama dan terlihat ada sebuah kilatan, dan sebuah sengatan terasa pada kaki Samuel, rasa sakit yang menusuk sampai ke tulang-tulangnya. Dia mengucapkan mantra-mantra dan letupan sihir ditembakkan dari tongkatnya, meleset sangat dekat dari bayangannya. Dia melompat dan mengucapkan mantra lain: "Uruz!" Tembakan lain masih meleset sedikit dari leher bayangan itu. Bayangan itu mengembalikan tembakan sihir dan Samuel menghindar. Mereka saling menembak sihir kegelapan sampai panggung dipenuhi dengan cahaya yang begitu menyilaukan mata. Dia tidak bisa memperdaya dirinya sendiri.
Tetapi bayangan tidak bisa belajar.
Dia bergerak dan melompat menjauh dari bayangannya, menerpa tiang terdekat, yang membuat tulang rusuknya retak, dua jari menggenggam taring sebuah pahatan kepala singa. Dia menarik dirinya untuk berjongkok di atas pahatan itu.
"Kenaz," dia berteriak, dan udara menjadi goyah, dan di sekitarnya ada ribuan arwah penyihir kuno, menyaksikan dengan mata yang berlubang, dan kegelapan dari Netherworld menyelimutinya saat dia melompat. Kilatan cahaya muncul dari Malice dan bayangan itu membungkuk, berputar ke arah yang salah dan menerima serangan penuh dari sihirnya.
Ketika kegelapan telah menghilang, Samuel berdiri sendirian dipanggung. Netherworld, telah terbuka, mendekat, roh-roh jahat menggumamkan kebencian dan menjanjikan keadilan. Di atas, Archmage merentangkan Verdict lagi.
"Jadi kau memberikan sebuah ujian dimana tidak ada yang bisa berhasil untuk menyelamatkan dirimu sendiri dari rasa malu karena kesalahanku." Samuel tertawa getir sambil memegang tulang rusuknya yang patah. "Begitulah bagaimana putra Tuan Reim mati, iya kan? Dia pasti dulu menanyakan terlalu banyak pertanyaan."
"Kalau memang begitu," jawab Archmage, "maka kau harus berkonsentrasi untuk berhasil."
Bayangan yang kedua kembali muncul dari Verdict, berdiri di sebelah Samuel. Dia melompat mundur, menggenggam Malice seperti sebuah pedang, matanya menatap tajam pada musuh barunya dan dia menurunkan lengannya lalu terkejut melihat anak laki-laki kecil menatapnya dengan mata yang ketakutan: Samuel, empat belas tahun yang lalu ketika dia masuk ke Trostan untuk yang pertama kalinya, Malice terlalu besar untuk tangannya yang kecil.
"Layaknya puisi," ejek Samuel. "Aku rasa selanjutnya aku akan menghadapi diriku di masa depan yang tua dan bijaksana?"
"Kau tidak akan memiliki masa depan itu kalau kau gagal," kata Archmage.
Samuel menghindari tembakan-tembakan dari anak kecil itu dengan mudah. Air mata berlinang dimata anak laki-laki itu.
"Aku lebih baik gagal," ujar Samuel, dan melepaskan roh-roh jahat yang berputar-putar yang membentuk seperti tengkorak dan menciptakan mimpi buruk, melayang disekitar anak laki-laki kecil itu dan kemudian menuju ke penyihir di atas, membuai mereka dan membuat mereka tertidur. Bayangan menghilang dan Archmage jatuh.
Dinding bercahaya Lyra runtuh. Sebuah lubang yang berputar dan bergolak muncul di depan Lance.
"Pergi," teriak Lyra di belakangnya. "Pergilah!"
Sang Archmage mendarat di lengan Samuel yang membentang, membuat dia terbanting kelantai. Bahunya tergeser, memunculkan rasa sakit ke seluruh tangan dan punggungnya. Dia mengambil Verdict dari tangannya, berguling menjauh, menyentakkan bahunya ke tempat semula dengan rasa sakit yang luar biasa. "Dimana dia?" dia berteriak.
"Siapa?" jawab Archmage, kebingungan.
"Makhluk kecil Gythia." Dia membungkuk di depan wajahnya. "Trostan bukanlah satu-satunya proyek yang kau kerjakan. Dimana keponakan Storm Queen?"
Archmage terkejut. "Mengumpulkan sekutu," dia tergesa-gesa "Halcyon"
Samuel mengarahkan kedua tongkat sihir kewajah Archmage. "Bagus sekali, Ibu."
Suara baju besi muncul ketika sang ksatria berguling diantara mereka, senjata dan tameng siap. Samuel melangkah mundur, menyilangkan kedua tongkat sihirnya didepannya.
"Pertimbangkan lagi, temanku," ujar Lance.
Senyuman muncul dari wajah muram Samuel. "Kau lebih baik dari Gythia yang dulu," dia berkata, dan masuk ke dalam portal yang bergolak.
Reim berdiri di depan portal, dengan telapak tangan menghadap ke depan, wajah Lyra menjadi biru. Es menggantung telinga dan rambutnya. Bukunya, tertutupi dengan es, tergeletak di lantai tidak berguna. Samuel muncul dari portal, bersusah payah untuk bernapas dan melihat ke mata gurunya yang penuh kesedihan.
Jika ingin mengirim artikel, kerjasama event dan memasang Iklan (adverstisement) bisa melalui email redaksi[at]kotakgame.com atau Hotline (021) 93027183