KotakGame

Akhir pekan lalu adalah akhir pekan yang tak akan pernah dilupakan oleh warga El Paso, Texas dan Dayton, Ohio, Amerika Serikat. Pasalnya penembakan terjadi di kedua tempat itu kurang dari 24 jam dan menyebabkan setidaknya 29 orang tewas. Yang lebih mengerikan, hal ini terjadi kurang dari sepekan setelah kejadian penembakan sebelumnya di California.

Pelaku penembakan untuk di toko swalayan di El Paso sendiri sudah ditangkap yang diidentifikasi sebagai pria berumur 21 tahun, namun identitas aslinya belum diungkap ke publik. Sedangkan pelaku di sebuah klub di Dayton harus meregang nyawa setelah dilumpuhkan oleh pihak kepolisian. Pelakunya adalah seorang pria bernama Connor Betts yang berusia 24 tahun.

Baca ini juga :

» Rumor Game Watch Dogs Series Ga Bakal Dilanjut Sama Ubisoft, Termasuk Franchise Watch Dogs lainnya!
» Menkominfo Terbitkan Peraturan Menteri Nomor 2 Tahun 2024 Untuk Regulasi Video Game di Indonesia!
» LPAI Minta Kominfo Untuk “Bersihkan” Game Dengan Unsur Kekerasan
» CEO Saber Interactive Katakan Harga Game Bisa Lebih Mahal Dari 70 USD
» ESRB, Badan Rating Game AS Ingin Ada Scan Wajah Buat Verifikasi Umur Sebelum Main Game!

Donald Trump salahkan video game

Setelah kejadian mengerikan ini selesai, pihak gedung putih pun segera menggelar press conference melalui siaran langsung televisi. Disampaikan langsung oleh Donald Trump, ia mengatakan berbela sungkawa atas kejadian ini.

Kemudian ia mulai mengeluarkan pernyataan bahwa supremasi kulit putih serta internet membuat orang menjadi gila. Tapi Trump menambahkan bahwa penyakit mental dan video game juga berpengaruh mendorong orang melakukan tindak kekerasan.

Tak hanya Trump, pada sebuah wawancara televisi, politisi Amerika Kevin McCarthy juga mengatakan hal yang sama. Ia secara terang-terangan berkata video game adalah pengaruh buruk kepada generasi mendatang yang menyebabkan hal seperti penembakan tersebut.

Protes terhadap pernyataan Trump

I'll just leave this quote as a reason why mainstream media and politicians are just out of their minds with their takes on violence in America. #VideogamesAreNotToBlame pic.twitter.com/tExq3QAt7s

— Pixelbuster (@Nitomatta) 5 Agustus 2019

Pernyataan Trump yang menyalahkan video game sebagai salah satu penyebab orang melakukan penembakan membuat jagat Twitter menjadi panas. Sejumlah netizen merasa video game dijadikan kambing hitam dalam kasus ini.

Merekapun menyerukan tagar #VideogamesAreNotToBlame untuk menjadi trending di Amerika Serikat. Kemudian banyak juga yang berkelarakar tentang bagaimana bisa game layaknya Super Mario Bross dan Minecraft menyebabkan orang menjadi pelaku penembakan masal.

Studi tentang video game dan kekerasan

Lantas, apakah benar video game menyebabkan orang yang memainkannya terdorong untuk melakukan suatu hal yang menyangkut tindak kekerasan maupun teror?

Sebuah studi yang dilakukan oleh profesor Universitas Western Michigan, Whitney DeCamp menyimpulkan bahwa bermain video game, tak peduli seberapapun sadis grafiknya, tidak bisa memprediksi pemain akan melakukan tindak kekerasan. Studi tersebut menggunakan data survey di Sekolah Delaware pada tahun 2008 yang mana respon tersebut diambil dari 6000 siswa kelas 2 SMP.

Studi lainya yang diterbitkan terpisah dalan jurnal Inggris Royal Society Open Science pada Februari lalu, menunjukkan hal yang cukup menarik. Menurut studi tersebut remaja yang memainkan video game yang mengandung kekerasan tidak menunjukkan perilaku agresif dibanding dengan yang tidak memainkannya di Inggris.

Namun, sebenarnya di Amerika Serikat sendiri, masyarakat lebih condong kepada peraturan kepemilikan senjata yang ada di negara tersebut. Peraturan ini sudah kerap kali di protes untuk diubah, karena terindikasi sebagai penyebab penembakan masal, karena orang dapat dengan mudah memiliki senjata.

KotakGame juga mengucapkan belasungkawa yang sedalam-dalamnya kepada seluruh korban atas kejadian penembakan yang terjadi di El Paso, Texas dan Dayton, Ohio.

(KotakGame)