Review

God Eater 3 DEMO

Halaman 1

Mengusung genre hunting RPG sebagai konsep utamanya, tidak bisa dipungkiri memang kalau popularitas God Eater masih tertutupi seri Monster Hunter yang jauh lebih sukses. Terlepas dari fakta tersebut, sebenarnya usaha Bandai Namco dan developer Shift dalam menawarkan sebuah game hunting lewat God Eater berhasil dieksekusi dengan sempurna. Karena walapun konsep gameplaynya terlihat serupa, God Eater tetap hadir dengan identitas kuat dan penyampaian jalan cerita mengenai nasib umat manusia melawan monster yang secara keseluruhan lebih baik dibanding para pesaingnya. Bahkan sejak pertama kali memulai debutnya di tahun 2010 lalu, franchise ini terus mendapatkan respon positif dan menunjukkan perkembangan yang konsisten.

Setelah diumumkannya sekuel terbaru God Eater 3 yang akan segera dirilis awal tahun depan, para fans dan gamer pendatang baru pastinya penasaran dengan konsep seperti apa yang sudah berhasil dibangun selama beberapa tahun terakhir. Jika diamati dari trailer dan screenshot yang sudah ada sejauh ini, sepertinya semua aspek pembangun di seri terdahulunya sudah dirombak penuh.

Tentu saja melihat tidak sama dengan merasakan, jadi selama satu minggu terakhir ini Kru KotGa sudah mencoba versi demo God Eater 3 yang dirilis secara ekslusif untuk PSN Jepang dan merangkum ulasannya yang bisa kamu simak dibawah ini.


Gameplay yang lebih liar

Walaupun termasuk dalam kategori JRPG dengan fokus jalan cerita yang kuat, daya tarik utama dari God Eater memang terletak pada gameplaynya. Untuk itu, versi demo kali ini hanya menghadirkan beragam misi perburuan kecil dan besar yang bisa langsung dimainkan setelah membuat karakter custom. Fitur character customization yang ditawarkan seri ketiganya kali ini telah mengalami perombakan signifikan, dimana sekarang kamu bisa merubah tampilan karakter dengan variasi desain yang lebih unik dan menawan (Khususnya untuk asset karakter wanita). Tentu saja karena masih sebatas versi demo, mungkin saja fitur ini akan menawarkan lebih banyak opsi setelah gamenya resmi dirilis.

Beralih ke gameplay dan seperti yang Kru KotGa sebutkan tadi, kamu hanya bisa menjalani beragam misi dengan mengakses terminal dalam sel penjara dan kemudian meminta izin akses keluar kepada warden yang berjaga di luar. Tema cerita dalam God Eater 3 memang lebih berat, dimana nasib umat manusia berada dalam bahaya setelah tragedi bencana Ashland. Apalagi setelah runtuhnya Fenrir, organisasi yang dapat menumpas monster Aragami halanya AGE yang beranggotakan prajurit budak. Karakter utama yang kamu mainkan adalah salah satu dari prajurit tersebut, dan menjalani misi perburuan sudah menjadi tugas harian yang tidak hanya mengancam nyawa, namun juga hanya menghasilkan upah minimal.

Jumlah misi yang disediakan dalam versi demo ini adalah tujuh, dimana empat misi adalah sesi tutorial dengan lawan berupa Aragami kecil, sementara tiga misi lainnya adalah perburuan besar yang melibatkan Aragami kuat seperti Barbarus, Havakiri dan Anubis. Mekanisme gameplay sebenarnya tidak berbeda jauh dengan seri terdahulu, hanya saja perombakan yang ditawarkan benar-benar signifikan. Jadi selain peningkatan kualitas grafis, gameplaynya kali ini juga terlihat lebih menonjolkan sisi aksi yang dominan dan penuh momen epik. Mulai dari pergerakan karakter yang tidak lagi terlihat kaku hingga sesi pertarungan tanpa jeda berhasil dipresentasikan dengan luar biasa sejauh ini.

Bicara soal perombakan baru, setidaknya ada dua sistem keren yang diperkenalkan di seri ketiganya kali ini yaitu Accelerator Trigger dan Engage. Accelerator trigger sendiri adalah skill pasif yang baru bisa digunakan setelah berhasil mengeksekusi aksi khusus, misalnya untuk mengaktifkan "Guardian" kamu perlu menggunakan skill Just Guard. Jika berhasil, efek untuk meningkatkan kekuatan serangan jarak dekat otomatis akan aktif. Sementara Engage adalah sistem yang memungkinkan kamu untuk terhubung dengan rekan satu tim dan mendapatkan variasi bonus effect. Seiring berjalannya waktu setelah Engage diaktifkan, maka meteran "Engage Percentage" akan semakin naik. Jika Engage Percentage sudah mencapai titik maksimum, kamu bisa melancarkan serangan kombinasi mematikan yang bahkan sulit diredam Ash Aragami dalam kondisi terkuatnya. Jadi lebih dari sekedar hack and slash, gameplay dalam God Eater 3 benar-benar menuntut strategi tersendiri.

Baca ini juga :

» Kembali Jadi Pilot Mecha di Game Legendaris PS1!
» Review Jade Dynasty: New Fantasy
» Review Elden Ring
» Review Horizon Forbidden West
» Review Vivobook pro 14x OLED M7400Q

Evolusi God Arc

Bisa dibilang inilah perubahan yang paling Kru KotGa dan mungkin kebanyakan fans sukai dari seri terbarunya ini. Jika selama ini God Arc hanya digambarkan sebagai senjata buster sword atau artileri tipe berat lainnya, maka God Eater 3 menawarkan opsi mode dual-wielding sword seperti Bitting Edge, saber dan masih banyak variasi senjata lainnya yang cocok untuk meningkatkan tempo permainan menjadi lebih cepat. Kebebasan untuk memilih gaya bermain kali ini akhirnya terasa jauh lebih maksimal, dan kamu masih bisa bereksperimen dengan jenis mode baru di setiap God Arc yang tersedia.

Keunikan dari God Arc juga terletak pada konsepnya, dimana senjata ini diciptakan dari hasil penggabungan dengan Oracle Cells. Dengan kata lain, God Arc merupakan Aragami itu sendiri. Alasan kenapa Kru KotGa menjelaskan hal ini karena banyak gamer masih penasaran kenapa God Arc dapat mengeluarkan serangan brutal berwujud moncong monster untuk melahap Aragami. Jika harus dibandingkan, konsepnya bisa dibilang mirip dengan mecha di seri Neon Genesis Evangelion, dimana semua mecha pada dasarnnya merupakan Angel yang telah dimodifikasi.

TAGS

Jika ingin mengirim artikel, kerjasama event dan memasang Iklan (adverstisement) bisa melalui email redaksi[at]kotakgame.com atau Hotline (021) 93027183
rekomendasi terbaru



Most Popular Previews
Belum ada Preview