Review

PlayStation Classic

Halaman 1

Saat Sony mengumumkan kalau mereka akan membawa konsol generasi pertamanya dalam versi mini, antusiasme dari para gamer seolah tidak bisa terbendung. PlayStation tidak hanya menjadi konsol terlaris yang pernah diciptakan oleh Sony, namun juga salah satu satu platform yang menghadirkan game dengan kualitas terbaik di masanya. Konsol ini juga menjadi tempat bagi kelahiran sekian banyak franchise legendaris mulai dari Metal Gear Solid hingga Crash Bandicoot. Banyaknya game ikonik itulah yang menjadi faktor terbesar kenapa PlayStation Classic sangat dinantikan.

Walaupun Sony awalnya hanya mengonfirmasi kalau mereka akan menghadirkan bunlde 20 game saja, antusiasme yang dibangun terbukti masih bertahan. Bagi kebanyakan gamer keluaran konsol ini mungkin akan sangat berarti, apalagi desain mini yang diusung dan kesan klasiknya masih dipertahankan dengan baik. Respon positif ini sayangnya mulai rontok setelah Sony mengumumkan list game yang akan ditawarkan serta beberapa faktor lain yang dirasa mengecewakan. Kekhawatiran yang dirasakan banyak fans akhirnya terjadi setelah konsolnya resmi dirilis dan hadir dengan banyak sekali kekurangan, termasuk penggunaan emulator PCSXR sebagai sistem operasi utama.

Kru KotGa sendiri termasuk salah satu gamer yang tumbuh bersama PlayStation, dan permasalahan yang dirasakan oleh banyak fans bisa saja memang tidak bisa ditoleransi. Setelah mendapatkan konsol ini terlebih dahulu sebelum peluncurannya, Kru KotGa telah mendapat kesempatan untuk mencicipi konten yang ditawarkan sekaligus merangkum ulasan lengkap dari pengalaman bermain selama satu minggu terakhir dengan PlayStation Classic. Daripada penasaran, kamu bisa simak review lengkap yang sudah kami rangkum dibawah ini.


Desain dan spesifikasi

Impresi pertama yang ditonjolkan oleh PlayStation Classic bisa dilihat dari ukurannya yang jauh lebih kecil dibanding pendahulunya (spesifiknya 45 persen lebih kecil). Kamu bahkan bisa menggenggamnya atau sekedar dimasukkan ke dalam kantung dengan mudah. Tidak hanya ukuran, konsol ini juga cukup ringan dan dibuat dengan bahan plastik yang solid. Keseluruhan desainnya adalah replika langsung yang sudah termasuk tiga tombol utama untuk menyalakan konsol, reset game, dan open button untuk mengganti virtual disc dari game spesifik (contohnya seperti Final Fantasy VII yang dulunya memiliki 3 disc fisik).

Perbedaan mencolok lainnya juga bisa dilihat dari bagian belakang konsol yang memiliki port HDMI untuk disambungkan ke monitor dan TV, serta Micro-USB sebagai sambungan daya. Ada juga dua port USB pada bagian depan yang dikhususkan untuk kontroler non-DualShock. Dari segi desain, konsol ini bisa dibilang cukup baik dan memiliki kesan praktis yang kental.

Beralih ke performa, PlayStation Classic dibekali sistem MediaTek on-chip dengan processor ARM Cortek A35 quad-core, GPU PowerVR GE8300, RAM 1GB DDR3 serta memori flash berkapasitas 16GB. Dengan spesifikasi tersebut, konsol ini rasanya sudah memiliki tenaga yang cukup untuk menjalankan semua game original PlayStation, namun Kru KotGa justru merasa kalau performa dari PlayStation Classic masih kurang maksimal. Contohnya saat memainkan game seperti Tekken 3 atau Final Fantasy VII yang sempat mengalami penurunan FPS di beberapa momen. Walaupun terkesan sepele, namun konsol ini tidak memberikan dukungan performa yang kurang mumpuni dan bahkan hanya mengunci resolusi grafis di 720p. Hasilnya sendiri langsung bisa dirasakan di hampir semua game, dimana grafisnya relihat kurang tajam dan terlalu blur.

Baca ini juga :

» Review MSI Cyborg 14 A13VF
» Rise of the Ronin - Review
» Review ROG x EVANGELION EVA-02
» Review Steam Deck OLED
» Spider-Man: Across the Spider-verse

Kelengkapan

PlayStation Classic hadir dalam kemasan yang cukup ringkas, kelengkapan yang disertakan didalamnya meliputi kabel HDMI untuk sambungan konsol ke monitor dan TV HD, kabel power, dua kontroler non-DualShock dan unit konsolnya sendiri. Konsol ini juga hanya memiliki dua port yang terdiri dari HDMI dan sambungan Micro-USB untuk powernya. Dua kontroler dalam bundle penjualan juga terasa pas dan bisa dimanfaatkan untuk bermain game local multiplayer bersama teman.

Desain dari kontroler juga tidak memiliki perbedaan yang signifikan dibanding pendahulunya, dan sambungan kabelnya juga cukup panjang agar kamu bisa mengatur jarak dengan lebih leluasa. Mulai dari kontroler hingga konsolnya sendiri juga didesain dengan beban yang ringan, tapi memiliki kualitas bahan plastik yang solid dan tidak terasa murahan.

Perlu diketahui juga kalau konsol PlayStation Classic ini hanya memiliki sambungan HDMI, jadi sebelum membeli kamu harus pastikan apakah monitor dan TV yang kamu miliki juga mensupport HDMI atau tidak (bisa juga menggunakan konverter). Dengan adanya support HDMI, kualitas grafis 16-bit hingga 3D yang ditawarkan untuk setiap pastinya juga terlihat lebih cerah dan mendetail, setidaknya itulah anggapan pertama saat memainkan konsol ini namun kenyataanya justru berkebalikan.

TAGS

Jika ingin mengirim artikel, kerjasama event dan memasang Iklan (adverstisement) bisa melalui email redaksi[at]kotakgame.com atau Hotline (021) 93027183
rekomendasi terbaru



Most Popular Previews
Belum ada Preview