Review

Resident Evil: The Final Chapter

oleh: Marvemir

Resident Evil: The Final Chapter Review

Ke-tidak nyambungan plot kisah ini semakin diperparah dengan sosok villain utama-nya yang juga tidak terlihat konsisten sama sekali. Di beberapa film RE sebelumnya, kita mengetahui bahwa Dr. Alexander Isaacs (Iain Glen) adalah otak biang rusuh dari film ini.

Lalu di dua film RE terakhir, terlihat jelas bahwa Wesker dan Red Queen lah yang kini menjadi sosok villain utamanya. Dan kini (sori agak spoiler sedikit), lagi-lagi Isaacs yang menjadi sosok villain-nya. WOW terima kasih sutradara Paul W.S Anderson (Mortal Kombat) untuk ke-tidak konsistenan-nya tersebut.

Ke-tidak konsistenan kisah dan karakter ini semakin di-perparah dengan betapa ngeselin-nya teknik edit adegan demi adegan (terutama di setiap adegan action-nya) yang jujur, merupakan teknik editing yang sangat buruk yang pernah Kru KotGa saksikan di film layar lebar ber-budget besar. Bahkan saking buruk-ya, jujur Kru KotGa hampir mau muntah karena pusing menyaksikan pergantian gambar- gambarnya yang sangat begitu cepat.

Baca ini juga :

» Review Jade Dynasty: New Fantasy
» Review Elden Ring
» Review Horizon Forbidden West
» Review Vivobook pro 14x OLED M7400Q
» Review Uncharted: Legacy of Thieves Collection

Wah dari tadi secara segi teknis, film ini jelek semua penilaian-nya. Terus ada yang sisi keren-nya gak dari film ini? agak sulit Kotakers. Karena ya memang film ini, memanglah benar-benar seburuk itu. Kalaupun ada nilai positif yang bisa dibahas di sini, mungkin adalah film ini cukup membuat kita kaget-kaget dan pesona Jovovich yang masih terlihat keren saja sebagai Alice.

Yap, memang benar Kotakers. Di film terakhir-nya ini, akhirnya film ini kembali seperti di film Resident Evil (2002) dulu yang sukses mengejutkan kita dengan beberapa adegan-adegan jump scare yang membuat kita sport jantung. Akan tetapi sayangnya, film ini terlalu banyak menampilkan adegan tipe tersebut.

Bukannya di sini maksudnya Kru KotGa ketakutan atau bagaimana. Namun coba deh bayanngkan seperti ini. Bagaimana kalau kita makan cokelat yang enak tapi kita memakan cokelat tersebut hampir setiap hari? Bakalan merasa bosan dan mengesalkan bukan? Nah itulah kira-kira komen metafora Kru Kotga terhadap masalah adegan jump-scare di film ini.

TAGS

Jika ingin mengirim artikel, kerjasama event dan memasang Iklan (adverstisement) bisa melalui email redaksi[at]kotakgame.com atau Hotline (021) 93027183
rekomendasi terbaru



Most Popular Previews
Belum ada Preview